Lintasmedia,Tasikmalaya – Beberapa tahun lalu, masyarakat masih menggunakan kompor dengan sumbu yang harus diisikan minyak tanah terlebih dahulu.
Terutama di era tahun 90 an kompor minyak merupakan salah satu alat rumah tangga yang masih menjadi pavorit keluarga dengan alasan harga nya yang murah,kuat dan masih banyaknya ketersediaan bahan bakar minyak tanah pada masa itu.
Seiring dengan majunya zaman dan dengan adanya konversi penggunaan kompor berbahan bakar minyak tanah ke kompor berbahan bakar gas dirasakan sangat memberikan dampak yang sangat luar biasa terutama kepada pengusaha dan pengrajin kompor minyak di kecamatan Rajapolah.
Kawasan Rajapolah sempat tenar dan menjadi salah satu sentra industri kompor di Jawa Barat pada era tahun 1990-an. Saat itu Rajapolah terkenal sebagai sentra pembuat kompor berskala pabrikan ataupun rumahan.
Saking terkenalnya Rajapolah sebagai Pusat pembuatan Kompor minyak,dibangunlah monumen Kompor berukuran besar di pinggir Jalan Nasional di sebelah utara yang terletak di Manggungsari dan di sebelah selatan di desa dawagung tepatnya di kampung pukes.
Kedua Patung Kompor Besar diletakan di titik masuk dan keluar Rajapolah sebagai penanda kawasan industri kompor saat itu.
Kini kedua monumen Kompor tersebut sudah hilang dan hanya menjadi catatan sejarah kejayaan kompor minyak di Kecamatan Rajapolah.
Pada era 90 an para pelaku industri kecil sampai menengah banyak yang sukses dan bisa menyerap tenaga kerja lokal dalam jumlah besar. Bahkan, Pabrik yang berada di Cibitung Desa Manggungjaya dan Pukes Desa Rajapolah sempat terkenal dengan sebutan Kampung Kompor.
Salah satu pengusaha kompor yang sukses saat itu adalah Alm. H. Aa wasria dan Alm H. Mamat pemilik kompor cap Kampak.
Terbentuknya kawasan itu sebagai sentra pembuatan kompor sudah berlangsung diperkirakan sejak tahun 1980 an bahkan jauh sebelum itu
Pada tahun 1980 orang Rajapolah sudah memproduksi kompor. Mereka membuatnya di rumahan-rumahan atau pabrik-pabrik kecil. Seiring dengan terus meningkatnya permintaan kompor minyak yang berdatangan dari berbagai daerah di Indonesia, Sejak saat itu, kawasan ini jadi berkembang dan disebut sebagai Rajapolah sentra produksi Kompor.
Kompor produksi Rajapolah Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, pada saat itu banyak dicari. Selain awet dan kuat, harga kompor Rajapolah relatif lebih murah dengan jenis yang beragam dibanding produk sejenis dari daerah lain. Pada saat itu berdasarkan catatan dari dinas perindustrian ada sekitar 250 perajin Kompor baik berskala industri maupun rumahan di Kecamatan Rajapolah.
Para perajin di Kecamatan Rajapolah menggunakan plat bekas pilihan dari Korea dan Jepang sebagai bahan utama untuk membuat kompor minyak. Bahan baku tersebut dipasok langsung dari kawasan industri Cilegon. Dari bahan itulah mereka membuat berbagai jenis kompor, mulai dari model jengki, toyo, sampai kompor berbentuk persegi.
Saat industri kompor di Rajapolah sedang dalam puncak kejayaan, petaka datang. Pemerintah mengimbau masyarakat beralih menggunakan bahan bakar gas atau kompor gas. Hal ini menjadi pukulan telak yang harus dirasakan para pengusaha, pengrajin dan pedagang kompor minyak.
Sejak saat itu, tidak sedikit para pengusaha kompor yang gulung tikar. Banyak pabrik-pabrik kompor minyak yang merumahkan para pekerjanya karena alasan turunnya permintaan yang turun sangat drastis. Hanya beberapa pengrajin kompor rumahan yang bertahan di tengah kesulitan.
Saat ini, tersisa sekitar 23 pengrajin kompor rumahan yang tersebar di beberapa wilayah seperti di kampung Cikapol Desa Rajamandala,Kampung Cikuya dan Pukes Desa Rajapolah dan beberapa tempat di sekitaran Desa Manggungsari, itupun dengan jumlah produksi yang terbatas sesuai pesanan.
Salah seorang pengrajin Kompor minyak dari Kampung Cikapol yang bernama Aa (65) yang masih bertahan sampai saat ini mengatakan kepada LintasMedia
“Sebelum ada konversi minyak tanah ke gas,saya mempekerjakan 30 orang lebih pekerja yang berasal dari kampung sini,dan di kampung inipun ada beberapa industri kompor rumahan yang sama menyerap banyak tenaga kerja. Saat itu kampung cikapol begitu hidup,perekonomian berjalan bagus dan tidak ada pengangguran ataupun orang-orang yang merantau ke kota,karena di kampung inipun sudah tersedia lahan pekerjaan. Tetapi setelah adanya kebijakan pemerintah,banyak industri kompor rumahan yang gulung tikar,” ujar Aa.
Para konsumen biasanya sudah order sesuai model dan kebutuhannya untuk dibuat seperti apa pun. Pelanggan nya adalah para pedagang di pasar atau para pedagang kecil lainnya yang menjual secara langsung ke konsumen
“Saat itu ada juga pesanan kompor dalam jumlah besar untuk dikirim ke luar daerah bahkan luar provinsi,” pungkasnya.
Zaman kejayaan itu sekarang hanyalah tinggal catatan kegemilangan Rajapolah sebagai sentra pembuatan kompor minyak Tanah yang telah melambungkan nama Rajapolah di Negeri tercinta Indonesia ini.
Saat ini dengan segala keterbatasan,masih ada beberapa pengrajin kompor rumahan yang bertahan walaupun dengan jenis dan model kompor mainan.
(Nandang/LintasMedia)
Supported By :