LintasMedia,KABUPATEN TASIKMALAYA – Beberapa waktu ini kasus Covid-19 melandai di Kabupaten Tasikmalaya tetapi di sisi lain harus diwaspadai penyebaran penyakit lainnya yang juga tak kalah berbahaya yakni penyakit paru-paru (TBC ), Kaki Gajah dan demam berdarah dengue (DBD) yang tingkat penularannya beresiko tinggi.
Tingginya jumlah penderita penyakit tuberkulosis (TBC) di Indonesia, menempatkan Indonesia di posisi tiga penderita TBC terbanyak di dunia. Dan di Kabupaten Tasikmalaya kasus TBC terbilang masih cukup tinggi. Penderita TB MDR (Multidrug-resistant tubercilosis) atau tubercilosis (TB) yang resistan atau kebal terhadap manfaat obat anti TB yang paling kuat di kabupaten Tasikmalaya masih cukup tinggi dan bisa berakibat fatal jika tidak mendapat penanganan tepat
Pemkab Tasikmalaya telah memiliki Rumah Sakit yang menyediakan fasilitas khusus untuk melayani pasien TB MDR.
RSUD Singaparna Medika Citra Utama (SMC) Kabupaten Tasikmalaya menjadi satu-satunya Rumah Sakit di Priangan Timur yang telah dilengkapi ruang poliklinik khusus untuk penderita TB MDR yang terpisah dari pelayanan poliklinik biasa serta di dukung oleh ketersediaan sejumlah dokter spesialis dalam yang telah terlatih untuk menangani kasus TB MDR.
Saat di temui awak Media di Gedung Pendopo Baru Kabupaten Tasikmalaya, Bupati Tasikmalaya H. Ade Sugianto, S.I.P, Jum’at (5/11/2021) mengatakan
“Sebetulnya satu-satunya rumah sakit yang siap untuk menangani TBC di diwilayah Priangan Timur hanya RSUD SMC Kabupaten Tasikmalaya, kita pun punya siGESIT, Rumah Sakit di kota walaupun banyak tidak ada yang bisa menangani yang TB MDR atau TBC yang sudah Akut, di kabupaten sudah ada. sedangkan untuk TBC yang tidak akut hanya perlu pengobatan rutin.” Ucap Bupati Ade Sugianto
Penyebab masih tingginya kasus TBC di Kabupaten Tasikmalaya disebabkan oleh beberapa paktor diantaranya adalah kesadaran masyarakat terhadap Perilaku hidup bersih dan perilaku hidup sehat.
Penyembuhan penyakit TBC tidak hanya sekedar penangan dari dokter tetapi juga adanya kesadaran masyarakat.
Adanya pandangan masyarakat yang masih menyepelekan dampak dari penyakit TB, masih banyak masyarakat belum mengetahui tingkat bahaya penyakit TBC dan masih banyak yang menganggap penyakit TB hanyalah penyakit biasa.
Penyakit TBC tidak bisa di anggap enteng,bahayanya tidak kalah menghawatirkan dengan virus Corona, yang membedakan antara Covid-19 dengan TBC adalah terletak di penyebaran penyakitnya, Covid-19 lebih cepat dan luas sehingga bisa menjadi Pandemi, tetapi kalau penyakit TBC sudah bukan Pandemi lagi tetapi sudah menjadi penyakit endemik.
“Kewaspadaan masih harus dilakukan, termasuk mengantisipasi kemunculan penyakit berbahaya lainnya seperti paru-paru akibat kuman mycobacterium tuberculosis (TBC) dan DBD. Inn shaa Allah di tahun 2022 saya akan melakukan pendekatan dan penanganan khusus untuk penyakit TBC,Kaki Gajah, dan DBD. Banyak di kita ini yang endemik-endemik yang harus kita hadapi bagian dari pada peningkatan kewaspadaan masyarakat.” Pungkas Bupati Ade Sugianto.
Potensi penyebaran penyakit paru-paru dan DBD saat ini cukup tinggi karena sudah mulai memasuki musim hujan. Oleh karenanya, hal ini harus diantisipasi dengan baik mengingat kedua penyakit ini juga cukup membahayakan.
Dari data yang ada, meski saat ini musim hujan baru memasuki tahapan awal akan tetapi sudah terjadi penambahan kasus TBC. Namun penambahannya belum begitu signifikan tapi tetap harus diwaspadai.
Di indikasi penyebaran penyakit TBC ini bukan hanya terjadi akibat musim hujan, tetapi juga banyak dari kasus penularan dari penderita ke orang lain. Penularan penyakit TBC bisa terjadi karena si penderita tidak menjalani pengobatan yang maksimal atau tidak sesuai standar. Orang yang paling berpotensi tertular adalah orang-orang terdekat.
Dalam kesempatan yang sama, Dr. Heru Suharto MM.Kes mengatakan,mengenai kasus terbaru untuk kasus penyakit TBC di kabupaten Tasikmalaya mengalami peningkatan,
” Mensikapi adanya temuan peningkatan kasus TBC,sekarang kita melakukan beberapa pelatihan untuk penanganan penyakit TBC, terutama untuk kasus TBC yang terjadi pada anak dan bayi. Penyakit TBC itu bisa menjadi fenomena gunung es, untuk Mensikapi hal tersebut harus ada penanganan khusus.” Ungkap Heru
Guna mencegah terjadinya penyebaran lebih parah, pihaknya kini tengah menggencarkan penemuan dan pelaporan kasus TBC. Penyebaran TBC ini bisa saja sudah terjadi sejak lama, tetapi belum terlaporkan sehingga belum tertangani dengan baik.
Pemkab Tasikmalaya melalui Dinas Kesehatan telah melakukan penelusuran dengan mengaktifkan kader-kader untuk mengenali gejala kasus TBC.
(Dede pepen/LintasMedia)
Supported By :